Kematian yang memisahkan

2015/5/20 / widia / kematian yang memisahkan / Indonesia 印尼 / tidak ada

Kematian yang memisahkan.

“Alina ini sudah jam berapa kenapa belum bangun” kata thai thai mengagetkanku.
Kriyip kriyip mataku melihat jam oh my god waktu sudah menunjukan jam 7 pagi sudah waktunya bangun dan memasak bubur untuk Akong. Bergegas kulangsung bangun dan kekamar mandi. Deg degkan takut dimarahi thai thai karena sedikit telat bangun.
Beginilah hari hariku dalam 2 tahun menjadi care giver kehidupan yang monoton tapi ya bersyukur karena majikanku baik menganggapku seperti keluarga sendiri. Kami tinggal berempat, thai thai,laupan dan akong. Majikanku tidak mempunyai keturunan. Mereka menyayangiku, aku sering diberikan baju,sepatu,tas setelah diberikan hadiah membuatku tambah semangat dalam bekerja hehe. Setelah jam 10 kumulai rebahkan tubuhku ah lamunanku melayang diudara mengenang,mengingat wajah wajah yang kurindukan mulai merangkai mimpi,semuga terbalas kerinduan ini dengan kesuksesan.
Majikanku keduanya dulu adalah seorang guru mereka selalu menyuruhku untuk belajar dan disiplin.
“ seme to yi ting yow sie, yi ting yow nuli,yow hen rencen,jiayo (apapun itu harus belajar,harus tekun,harus ulet dan bersungguh sungguh semangat)” mereka selalu bicara seperti itu sampai sekarang aku masih mengingatnya.
Suatu hari thai thai berbicara padaku “ Ana,kamu tidak punya pacar?”
“ gak punya thai thai setiap hari dirumah gimana bisa punya pacar” kataku sambil tersenyum malu malu.
Thai thai juga tersenyum, senyuman sedikit mengejek menurutku hehe.
“Alina kamu cantik, tapi cantik saja tidak cukup kamu harus pintar dan punya pekerjaan bagus agar dapat uang banyak. Karena lelaki ganteng pasti mencari wanita cantik,lelaki kaya mencari wanita kaya juga” katanya sambil tersenyum dan menepuk pundaku. “ tapi disini kamu senangkan? Kakek sangat menyukaimu dia tidak pernah tanya aku makan apa belum tapi dia selalu menanyakan kamu sudah makan belum,dia juga bilang agar kamu jangan diberi pekerjaan yang berat dan banyak” ujarnya sambil bercanda
Aku hanya mengangguk tapi dalam hatiku memberontak semuga saja ada lelaki yang bisa menerimaku apa adanya.
“Alina kamu masih sangat muda 21 tahun jika kamu lahir di Taiwan kamu pasti masih menjadi popey dan belum memikirkan kebutuhan hidup masih bersenang-senang dengan teman sebayamu” ujarnya sambil memberikan senyuman menggoda. Aku hanya tersenyum dan mengangguk dan bergegas memijat kaki Akong.
 
  Sebernarnya aku memiliki seseorang yang kukagumi meski ku belum melihatnya kami sering chatting tapi entah lah kami sebenarnya berpacaran atau cuma saling suka suka doang. Setelah lama dia tak membalas chat ku aku mulai menunggunya, hari demi hari,minggu demi minggu,bulan demi bulan menunggu memang hal yang menyebalkan. Akhirnya kumengunjungi kronologinya tanpa sengaja kumelihat foto instagramnya kubuka satu persatu terkejutnya saat melihat foto keluarganya sepertinya dia anak pejabat. Saat kita membicarakan pernikahan dia bilang “ Bapaku pengen aku menikah dengan dosen atau guru agama” waktu itu aku tidak paham dengan ucapanya sekarang melihat foto ini aku jadi sangat paham. Ada jurang diantara kita kamu bagaikan tuan muda yang tinggal di istana dan aku hanya seorang rakyat jelata oh tidak. I'll be fine.
“ Alina cemele, weisemo khu na( kamu kenapa, menangis)?” tanya akong penuh perhatian,akong adalah kakek yang kujaga umur 92 tahun.
“aku suka seseorang  tapi dia tidak menyukaiku patah hati Akong” kataku sambil masih trus memijat pundak Akong.
“tha pu yau ni, ni you pu yau tha,tha pu siang ni,ni yau pu yau siang tha, pu yau siang neme tuo (dia tidak mau kamu,kamu jangan mau dia,dia tidak merindukanmu,kamu juga jangan merindukan dia,jangan terlalu banyak berfikir,hayalan)” ujar akong memberiku nasehat.
Langsung ku memeluk Akong rasanya bener bener damai,ucapanya menyentuh tepat dihatiku yang selalu sibuk memikirkannya padahal belum tentu dia memikirkanku. Ucapan akong seperti obat yang mengembalikan semangatku. Waktu pasti akan membantuku untuk melupakanya meski sebenarnya aku bukan seseorang yang mudah melupakan.
“Akong ni hau khe ai o, cente hen xie xie ni (kakek kamu sangat cute,terimakasih)” ucapan ku tulus, dalam hatiku berbisik “ Akong aku sayang kamu seperti kakeku sendiri” karena aku juga belum pernah melihat kakek dan neneku seumur hidupku. Ada satu hal yang juga membuatku menyayangi Akong saat aku sedang shalat dia memanggilku setelah tahu aku shalat,dia menengadahkan tanganya minta maaf pengertian sekali bukan.
   Setelah 2 tahun berlalu tanpa libur,bertamasya juga selalu bersama akong, tiada hari tanpa akong. Tiba tiba akong sakit kami bawa kerumah sakit akong merintih kesakitan sepanjang hari. Akong yang selalu kulihat tersenyum manis walau yang terlihat hanya gusinya karena giginya semua sudah ompong, kini kulihat Akong terkulai lemas tak berdaya. “ Andai ku bisa meringankan sakitnya” kataku sambil menggenggam tangan akong. Dirumah sakit aku jarang tidur karena Akong juga tidak tidur. Setelah beberapa minggu dokter memperbolehkan Akong pulang. Setelah 2 bulan dirumah akong sakit lagi dan Thai thai bilang umur akong tinggal hitungan hari. Mendengar ucapan Thai thai seperti petir disiang bolong aku berusaha untuk kuat kutengadahkan wajahku keatas agar airmata ini tak menetes dan segera ku mencari tempat untuk bisa sendiri dan menangis.  “Orang yang menangis, tak selamanya dia akan menangis, akan ada waktu, tangisannya itu Tuhan ganti dengan senyuman. “Sabarlah wahai hati ” bisik hatiku sambil menepuk dadaku.
Akong dirawat di icu aku pulang kerumah dan trus berdoa agar Tuhan tidak mengambil nyawa akong. Sisa kontraku tinggal sisa 6 bulan akan susah untuku mencari majikan baru. Hari hari penuh air mata dan kegalauan “Apapun yang terjadi i’ll be strong” desahku berbicara sendiri,memberi semangat sendiri.
Melihat wajah thai thai pucat dan matanya yang merah kurasa semalam dia habis menangis. “ Alina siap siap kita harus kerumah sakit” ujar thai thai sambil mengelap air mata.
“ Hau” jawabku singkat dan segera masuk kamar untuk bersiap siap agar bisa cepat melihat akong di ruang icu.
Kumelihat akong berbaring lemah dan tubuhnya dipenuhi kabel,mulutnya diberi alat bantu pernafasan besar sekali hingga menutupi sebagian wajahnya. Kakinya terlihat membengkak, mata akong menatap keatas seperti menahan rasa sakit. Airmata sudah tidak bisa kutahan berhamburan begitu saja, thai thai pun juga begitu.
Ku menggegam tangannya erat ,dan Akong seperti merasakan genggaman tanganku Akong menggerakkan tangan nya inikah genggaman terahir tangannya Tuhan.
“Bapak Alina lai le” kata thai thai.
Akong menganggukan wajahnya tanda mengerti dan menggegam tanganku. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan tapi aku tidak pernah berpikir akan secepat ini, ini seperti mimpi buruk, Akong pernah bilang pengen berumur sampai 100 tahun tapi sekarang kenapa secepat ini kong kenapa kamu tidak melawan penyakitmu, kenapa meninggalkan aku....desahku!
 Selamat jalan Akong semuga kamu tenang disana,aku akan selalu mengenangmu. Terimakasih telah menerimaku dirumahmu.
 Selama 2 tahun setiap bangun tidur yang pertama kulihat adalah wajah Akong, memeriksanya apakah dia tidur nyenyak, apakah selimut masih menutupi tubuhnya,menyuapi Akong makan,membantu mandi,mengajaknya jalan jalan ditaman. Sekarang ku bangun melihat ranjangnya sudah tidak ada Akong lagi yang ada hanya ranjang kosong aku benar merasa kehilangan.
“Thai thai ini foto akong buat aku ya” ujarku dengan wajah penuh harap.
“Ini kuberi foto yang bagus, ini juga foto kesukaan Akong fotonya pas masih muda dia sering melihat foto ini, Alina kamu perempuan jaga diri baik baik kalau ada apa apa  telfon kesini,aku bisa merindukanmu jadi jangan lupa telfon” kata thai thai sembari memelukku.
“Hau, xie xie ni, thai thai maafin aku bila saat kita bersama aku berbuat salah, caicien” kumemeluknya erat sambil menangis, karena tidak tahu kapan berjumpa lagi.
Mereka menawarkan untuk trus melanjutkan kontrak yang tersisa atau diangkat jadi anak angkat tapi aku menolak karena takut merepotkan dan tidak sesuai kontrak. Thai thai, Laupan kuharap kalian selalu sehat, bahagia,sentosa. Dalam diam selalu kutitipkan doa terbaik buat kalian the best prayer for you.
Sayonara.



** Kejadian sudah 2 tahun yang lalu, tapi terasa baru kemarin. Aku rindu kalian.