KEJUJURAN DAN HIJABKU



2014-04-25 / Nanik Riyati / KEJUJURAN DAN HIJABKU / Bahasa Indonesia / Tidak ada


KEJUJURAN DAN HIJABKU

By :Nanik Riyati

Malam yang sepi dan sunyi, angin malam berhembus menyentuh kulit, membuatku terbangun. Ku tarik selimut dan ku teruskan menikmati empuknya bantal kesayanganku. Belum juga mata ini terpejam jam waker telah memanggilku, waktu tahajud telah tiba, waktunya aku bersujud.
Tepat jam 3 pagi aku beranjak dari tempat tidur. Ku langkahkan kaki untuk mengambil air wudu dan kujalankan salat sunnah 2 rakaat dan berdoa. Aku tidak langsung beranjak, namun ku benamkan mukaku di atas sajadah yang masih terbentang dilantai.Tidak bisa kubendung air mata, aku terisak, semakin keras, semakin keras.
Namaku Nanik, aku lahir di Magelang tahun 1984 dari keluarga yang ekonominya pas-pasan, sehingga tahun 2003 aku memutuskan untuk bekerja di Malaysia. Perjalanan hidup pun bermula. Manis, pahit, suka dan duka selama bekerja kujalani.
Aku bersyukur mendapatkan majikan yang baik dan pengertian. Aku bekerja di sebuah toko pakaian. Dari sana, aku belajar banyak, dan itu kujadikan hobi baruku. Ku jalani pekerjaanku dengan senang walaupun lumayan menguras tenaga. Bayangkan! Aku harus naik-turun tangga sampai 100 kali lebih setiap hari, selama 6 tahun.
***
Aku memutuskan untuk bekerja ke Taiwan. Gaji yang ditawarkan lebih tinggi dibanding negara-negara lain. 4 Desember 2008, ku injakkan kakiku di tanah ini. Alhamdulillah, lagi-lagi aku mendapatkan majikan yang baik.
Ah-Kong yang aku jaga seorang yang berpendidikan tinggi dan menceritakan kisah hidupnya. Siauce (panggilan untuk majikan) adalah seorang dosen Bahasa Inggris di salah satu Universitas di Taiwan dan mereka sekeluarga memperlakukanku dengan baik. Semua kebutuhan ditanggung dan gaji pun tidak pernah telat.
Akan tetapi Siauce tidak mempercayaiku karena pembantu yang dulu telah menipunya, dan juga teman-teman Indonesia lain. Dia membawa kabur uang lebih dari Nt 200.000, belum lagi uang Ah-kong yang Siauce sendiri tidak tahu jumlahnya. Tentu saja karena kejadian itu, dia lebih berhati-hati dan tidak sembarangan mempercayai orang.
Hal itu tidak membuatku takut atau sedih, justru itu sebuah tantangan dan cobaan agar aku lebih jujur, tekun, rajin. Aku harus bisa membuktikan kalau tidak semua orang Indonesia itu seperti pembantunya yang lama.
Perlahan ku tunjukkan keikhlasanku dalam merawat Ah-kong. Setiap hari aku mendengarkan cerita yang sama berulang-ulang kali, bahkan aku sendiri hafal dan bisa menulis kembali cerita masa lalunya. Setiap kali aku menemukan uang di saku Ah-kong, pasti kukembalikan dan dia tersenyum bahkan memberitahukan anak-anaknya tentang apa yang aku lakukan.
Pernah suatu hari Ah-kong memberiku uang Nt 3000, akan tetapi uang itu aku berikan ke majikan “Da Siauce please don’t tell Ah-kong that I gave you the money and don’t tell him that I told you everything, please keep it secret between us”.
Dia menganggukkan kepala sambil tersenyum, dan mulai saat itu ku beri tahu majikan apa saja yang dilakukan Ah-kong, terutama hal yang berurusan dengan uang. Dengan kejadian-kejadian kecil itu dia mulai mempercayaiku untuk berbelanja, membawa Ah-kong ke rumah sakit dan lain-lainnya. Aku mulai betah bekerja, terasa seperti di rumah sendiri. Ternyata kabar yang selama kudengar tidak benar kalau orang Taiwan itu jahat-jahat.
Tidak terasa, waktu berlalu dengan cepat dan kontrakku hampir habis. Majikan memintaku untuk kembali ke sini lagi dan diuruskan direct hiring. Tentu saja aku senang karena dapat bekerja lagi tanpa potongan agensi yang sangat mencekik leher.
Kedatanganku yang kedua membawa banyak perubahan. Keakraban antara aku, Ah-kong, Siauce dan anggota keluarga lainnya makin bertambah. Aku tidak malu-malu bertanya tentang Bahasa Inggris dan apa saja yang aku tidak tahu, tidak paham. Dengan ketelatenannya, Siauce menjelaskan dan mengajariku, hingga suatu hari Siauce menawariku untuk kursus Bahasa Inggris. “Yati, do you want to study English? If you want, I can help you and teach you regularly”.
Tentu saja kesempatan ini tidak aku sia-siakan. Ku anggukkan kepalaku dan kujawab dengan terbata-bata, “Of course I want,”.
Keesokan harinya sepulang kerja aku disodori banyak buku, mulai dari grammar, cerita dan percakapan. Aku sempat bingung dari mana aku harus mulai membaca buku-buku asing yang super tebal. Tetapi dengan kesabaran, Siauce mengajariku.
Tak terasa 4 bulan telah berlalu. Tiba-tiba Siauce bertanya “You’ve learnt English for few months, it will be better if you take a test and you’ll get a certification. After you go home you can study in University and get a degree. You can get a better job and good salary”.
Aku menyetujuinya dan didaftarkan untuk mengikuti test TOEIC. Semua dipersiapkan oleh Siauce, dari pendaftaran, pembayaran bahkan waktu tes pun aku diantar.
Aku sempat minder karena tesnya di National Taiwan University Of Technology dan pesertanya mayoritas mahasiswa berpendidikan, dan aku satu-satunya peserta dari Indonesia dengan status TKW. Aku berusaha tenang dan apapun hasilnya aku akan coba yang terbaik. Alhamdulillah aku lulus dengan nilai 520 dari nilai maksimal 900. Walau tidak memuaskan, aku tetap bersyukur bisa lulus. Aku ditawari untuk kuliah di universitas tetapi kutolak. Aku lebih suka membaca blog, nonton youtube serta membaca status-status facebook yang bermanfaat.
Hobiku mulai berubah arah setelah mendengarkan ceramah Ustadz Felix Siaw dan membaca status-status beliau, ditambah ceramah dari Oki Setiana Dewi yang semula artis seksi, cantik tetapi lebih memilih untuk berhijab dan menutup aurat, bahkan terlihat lebih anggun. Ada lagi semangat dari ibu Yessi yang selalu menyuruhku bersabar, berdoa dan tawakal.
Aku mulai tertarik memakai hijab terlebih setelah aku membaca surat An-Nur ayat 31 yang artinya “Katakanlah kepada wanita beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya,dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) Nampak daripadanya.Dan hendaklah mereka mereka menutupkan kain kudung kedadanya”. yang mewajibkan wanita untuk berhijab,dan keinginanku bertambah kuat. Kucoba memakai hijab di saat majikan tidak di rumah.
Suatu hari Siauce mendapatiku berhijab. Mimik wajahnya menunjukkan ketidaksukaannya dan menyuruhku untuk melepaskannya. Dia masuk ke kamar dan memanggilku sambil membuka youtube dan menjelaskan tentang adat upacara kematian orang Cina.
Dengan kesedihan dan kekecewan terpaksa ku lepas hijabku dan berpakaian seperti biasa, tetapi dalam hati, aku tetap berkeinginan untuk berhijab dan menjadi muslimah yang baik.
Aku mulai istikamah berdoa dan berusaha mencari informasi bagaimana caranya agar bisa berhijab menjalankan perintah Allah dan tetap bekerja dengan baik. Rasa iri dan sedih setiap kali melihat teman-teman bisa bebas berhijab selalu terbesit. Dalam hati hanya bisa berucap, “Ya Allah semoga suatu saat aku diperbolehkan berhijab”.
Browsing dan googling menjadi kegiatan rutinku sehingga aku menemukan sebuah website Universitas Terbuka di Taiwan yang cara belajarnya secara online. Ku baca beberapa kali, ku pertimbangkan beberapa bulan, hingga akhirnya aku putuskan untuk meminta ijin ikut kuliah dengan jurusan manajemen sesuai dengan hobiku berdagang.
Keinginanku tidak bertepuk sebelah tangan. Izin pun kudapat, bahkan semua peralatan sekolah disediakan. Dari pergaulanku dengan teman satu group, dosen dan teman sekelas serta materi yang aku pelajari membuat aku semakin paham tentang hak dan kewajiban. Akan tetapi dalam praktek masih sangat sulit, karena lingkungan, adat, dan agama yang berbeda serta hubunganku dengan Ah-kong dan Siauce bertambah akrab. Bahkan di saat aku pergi kuliah, Ah-kong sangat kehilangan dan merasa kesepian. Ah-kong menulis surat mengungkapkan kesepian, kerinduannya dan kesukaannya denganku. Dia menganggapku cucu yang paling baik.
Semua itu menjadi dilema dan pilihan yang sangat sulit untukku. Aku merasa tertekan, keinginanku menjadi muslimah yang taat akan ajaran agama, kerja, Ah-kong dan hutang yang masih menumpuk membuatku benar-benar bingung hingga beberapa hari tidak bisa konsentrasi kuliah, malas mengerjakan tugas. Dengan kepercayaanku bahwa Allah akan mempermudah jalan umatnya yang berniat baik, melakukan sesuatu dengan jalan yang baik maka ku beranikan diri bilang ke Siauce kalau aku mau pulang kampung setelah habis kontrak.
Tanpa ku duga, Siauce menangis sambil memelukku dan kontan saja Ah-kong ikut menangis. Aku tidak memberitahukan kalau alasanku karena ingin memakai hijab, karena aku menganggap tidak mungkin dia akan mengijinkanku. Beberapa hari ku lihat kesedihan di mata Siauce, bahkan Ah-kong tidak tidur beberapa malam, resah karena akan kutinggalkan.
Tiba-tiba aku teringat akan surat yang Ah-kong tulis buatku. Maka di sela-sela kesibukan mengerjakan tugas kuliah, ku tulis sebuah surat dengan bahasa Inggris dengan vocabulary yang pas-pasan dan grammarnya yang tidak lengkap. Akan tetapi aku yakin Siauce memahami isi suratku.
Ku jelaskan kewajiban wanita muslimah untuk berhijab itu diperintahkan langsung oleh Allah dan keutamaan wanita yang berhijab dan taat beragama pasti akan lebih sabar dalam mengurus orang tua, lebih ikhlas dalam bekerja dan jujur.
Selesai kerja kuberikan surat yang sudah kupersiapkan dan aku masuk kamar untuk melaksanakan salat isya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Siauce berlari memelukku dengan erat sambil menangis. Diciuminya rambutku sambil berkata:
“You can wear hijab. You can wear your dress. You can pray, you can study, you can do anything you like, but don’t leave us and please take care of Ah-kong, because he loves you and likes you. If this was your reason to go home please stay here and do as your Allah asked you to do. I allow you and I will explain to Ah-kong and my brother.”
“If you have something to talk, just tell me and we can communicate”.
Spontan aku bersujud dan menangis. Ku peluk erat tubuh Siauce, ku anggukkan kepala dan aku setuju untuk menambah kontrakku, di samping aku bisa melanjutkan kuliahku dan melunasi hutang-hutangku. Terima kasih ya Allah, ternyata benar, kalau kita berdoa dengan istiqamah, berusaha tanpa henti Allah pasti akan mengabulkan doa kita.
Semua yang aku pelajari ternyata tidak sia-sia. Kejujuran dan tanggung jawab membuat kita berhak untuk menuntut hak kita dengan cara yang baik dan benar.Tetapi jangan sekali-kali kita menuntut hak tanpa melakukan kewajiban kita dengan baik,pasti tidak akan membuahkan hasil. Mari manfaatkan waktu luang kita untuk belajar agar kita tidak tersesat lebih jauh dan dapat berkomunikasi dengan baik agar hak-hak kita sebagai umat muslim. Hak sebagai TKW muslimah yang bekerja di negeri non-muslim ini bisa kita dapatkan. Dengan komunikasi yang baik dan cara penyampaian yang benar insyaAllah semua masalah akan terselesaikan.
Aku tahu tulisan ini tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan penulis profesional lainnya, tapi tujuanku menulis ini untuk berbagi kebahagiaan karena dengan kejujuran, kesabaran dan keistikamahanku dalam bekerja, berdoa memohon kepada Allah, akhirnya harapanku terkabul, dan aku bisa bekerja dengan tenang karena bisa salat, berhijab dan menutup aurat seperti yang Allah perintahkan.Semoga kita semua selalu dalam lindungan-NYa,Aamiin yaRabb.

這故事所描述的事提醒穆斯林教徒的責任,堅守宗教的教義。
(1) Kisah yang mengingatkan kita akan kewajiban kita sebagai muslim, berpegang teguh dalam ajaran agama. 

(2) Kejujuran adalah hal yang paling utama yang harus kita lakukan, dengan kejujuran kita akan di hormati dan juga di percaya sama orang-orang yang berada di sekitar kita, semoga artikel ini bisa menjadi contoh kepada kita dan juga teman-teman semua.