KEPUTUSAN MENETAP

2015/5/31  / 謝麗娜 PATRINA / KEPUTUSAN MENETAP / Indonesia 印尼 / 張正

KEPUTUSAN MENETAP

  Namaku adalah Rina’ aku akan bagikan kisah kehidupanku di negri asing ini, dan sekarang Negara asing ini sudah aku anggap sebagai rumahku sendiri dan tempat aku mempersembahkan sisa hidupku .
  Perjalanan asal hidupku adalah Negara yang terkenal dengan kaya kebudayaannya yaitu Indonesia. Aku lahir di Kalimantan Barat kota Sanggau Kapuas’ aku beraliran darah keturunan Cina Tiongkok, kota yang begitu terpencil dan jauh dari ibu kota propinsi Pontianak. Saat aku duduk di bangku SMA, selalu melihat beberapa teman sekolah keturunan Cina Tiongkok yang tidak meneruskan pendidikannya’ sudah di jodohkan dengan orang Cina dari Negara lain ; misalnya Taiwan, Hongkong, Malaysia, dan Singapura. Statusku sebagai pelajar, tetapi beberapa temanku sudah berumah tangga dan mulai ada momongan.
  Saat aku menyelesaikan study di bangku SMA, untuk meneruskan pendidikanku’ aku menekatkan diri untuk pergi ke kota Jakarta meneruskan study di bangku kuliah. Di Jakarta Aku tinggal bersama dengan kakak sulungku yang telah berkeluarga.
   Ayah ibuku tinggal di Kalimantan, hanya aku dan beberapa kakak- kakakku merantau ke Jakarta. Kami merasa hidup di kota bisa banyak peluang kerja dan fasilitas yang komplit di bandingkan di daerah-daerah pelosok.
  Setelah tinggal setahun di Jakarta, terjadi kerusuhan dan mulai mencari sasaran huru hara terhadap keturunan Cina Tiongkok. Sebagai keturunan Cina Tiongkok, tentu kami merasa takut apabila di huru hara oleh pihak kaum pribumi yang ada di Jakarta ini mengancam keamanan kami.
  Untuk keamanan , kakak-kakakku pergi bekerja di Luar Negri sebagai Tenaga Kerja Asing. Tapi karena umurku yang masih muda, kakakku menyuruh aku ke Luar Negri sebagai pelajar Asing.
  Akhirnya proses ke luar Negri di urus oleh perusahaan, Kakak-kakakku pergi duluan bekerja’ dan aku menyusul sebagai pelajar Asing.
  Kami semua merantau sampai ke Taiwan, Negara yang jauh dari Tanah Kelahiran kami Indonesia. Walaupun jarak dengan naik pesawat hanya lima jam saja, tapi tetap merasa jauh dari tanah air dan keluarga.
  Sebagai pelajar Asing di Taiwan, merupakan suatu tantangan yang besar bagiku, bahasa yang susah dan tulisan yang begitu rumit untuk dengan waktu singkat bisa aku pahami. Walaupun aku keturunan Cina Tiongkok, tapi bahasa leluhur sendiri tidak bisa sama sekali’ datang ke sini semuanya belajar dari Nol.
  Bersyukur sekali dalam jangka 1 tahun mulai bisa berkomunikasi dengan penduduk Taiwan, dan mulai menerima kebudayaan Negara ini. Tapi justru orang penduduk di tempat ini yang susah menerima kehadiran orang Asing. Saat bahasa logat kata yang kami tuturkan agak aneh ‘ mereka sudah bisa menebak kami orang Asing dan melontarkan pertanyaan ini dan itu, karena raut wajah kami dengan orang Cina di Taiwan ini tidak jauh berbeda, jadi kami jarang mau berbicara panjang lebar dengan pandangan mereka yang menganggap kami ini orang yang berderajat rendah.
  Saat berkenalan dengan seorang pria Taiwan, dia begitu perhatian dan mengajar bahasa logat mandarin kepadaku. Mula-mula sebagai teman , karena merasa saling ada maksud untuk mendalami hubungan’ kami memutuskan untuk berpacaran.
Selama ini pria inilah yang menjadi guru privat saat aku pulang sekolah.
  Jauh dari keluarga yang ada di Indonesia, aku dan kakak-kakakku sering melalui kontak telp dan email mengabari keadaan kami di luar negri ini. Tak terasa sudah hampir dua tahun , kami meninggalkan tanah Air. Rindu hati untuk pulang melihat keluarga dan tanah air. Tapi tanpa di sangka, pria Taiwan ini di desak oleh keluarganya untuk menikah. Kedua orangtuanya sudah mencarikan jodoh untuknya, tetapi pria Taiwan ini hanya menolak untuk menikah dengan wanita yang di jodohkan oleh orang tuanya. Pria ini dia hanya mencintaiku saja, baginya tidak ada wanita lain yang bisa menggantikan posisiku yang ada di hatinya.
  Tapi asal Negara yang berbeda, membuat orang tua nya tidak menyetujui hubungan kami. Bagi orangtuanya pacarku ini , menikah dengan orang Asing adalah merendahkan derajat mereka. Banyak cemooh dan perkataan yang negative yang mereka ucapkan tentang orang Asing kepada pacarku, tapi pacarku bilang tidak setiap orang Asing seperti yang mereka sangka itu.
  Untuk mengubah pikiran yang tidak baik dan kesimpulan buruk terhadap orang Asing, maka pacarku mengajak aku pergi bertemu dengan kedua orang tuanya dan keluarganya yang lain. Walaupun raut wajahku tidak sehitam orang asli Indonesia, tapi dalam logat bahasa tetap ada sedikit perbedaan. Pertama bertemu orang tua pacarku, sebagai rasa sopan santun’ aku membawa oleh –oleh kepada mereka. Ternyata mereka sangat senang dan juga merasa tenang saat berjumpa denganku, karena apa yang mereka dengar dengan orang Asing perkataan negative’ tidak seburuk yang mereka temukan di diriku.
  Ternyata kalau komunikasi kita tidak ada kendala, masalah apapun menjadi hal yang kecil dan tidak ada kesalah pahaman dari satu pihak terhadap pihak yang lain. Akhirnya orang tua pacarku menyetujui kami dan menganjurkan kami untuk segera menikah. Karena cinta, kami memutuskan meneruskan hubungan kami ke pelaminan.
   Saat Pulang ke Indonesia , mengurus pernikahan kami’ ternyata satu tantangan bagiku adalah harus mengambil keputusan melepaskan Negara asalku dan menerima Negara Asing ini sebagai negaraku dan untuk selanjutnya meninggalkan juga keluargaku yang ada di Indonesia.
  Tentu rasanya berat meninggalkan keluarga yang ada di Indonesia, tetapi kekuatan cinta yang membuatku bertekat meninggalkan keluarga ini dan masuk ke kehidupan dan membina keluarga baru di Negara Asing ini. Kemanapun kita berada, asalkan ada orang yang mengerti’ mengasihi’ mencintai kita, sampai ke ujung bumi pun akan bersama.
  Buat para perantau , carilah orang yang menerima dan mencintai siapa dan apa dirimu, hidup harus ada perjuangan dan pengorbanan. Walaupun kita dimana dan kemana, asalkan ada orang yang rela menyerahkan hatinya kepadamu’ menerima apa adanya dirimu itulah orang yang mencintaimu.
  Aku memilih menetap di negeri orang dan menerima negeri ini sebagai rumahku yang kedua, walaupun harus meninggalkan tempat asalku’ di sini aku mendapat kasih dan perhatian, jadi keputusanku menetap di sini adalah benar.


Salam Penulis
 PATRINA