YOU ARE MY ANGEL

2015/4/30 / MinOz Kim Chi / YOU ARE MY ANGEL / Indonesia 印尼 / tidak ada

Namaku Diaz , seorang mahasiswa semester dua jurusan ekonomi dari salah satu universitas terkenal di Bandung . Tampangku yang ganteng kerap kali jadi rebutan para mahasiswi di kampusku ini , tidak cukup hanya di kampus saja bahkan di hampir semua tempat tongkrongan . Karena selain ganteng , aku juga tajir dan cukup berprestasi di bidang olahraga . Hampir semua wanita di kampus ini sudah aku pacari .

Aku anak tunggal dari orang tua yang super sibuk dengan bisnisnya , sejak kecil aku sudah tinggal dan dirawat oleh nenek yang senantiasa memanjakannku . Semu hal yang aku inginkan bisa dengan mudah aku dapat . Hartaku memang berlipah tapi batinku sangat miskin akan kasih sayang kedua orang tua . Meskipun nenek tidak pernah kurang memberiku kasih sayang dengan segala perhatiannya tapi bagiku tetap saja tidak akan sama dengan kasih sayang dari orang tua sendiri .

Hobiku balapan motor liar dan aku sering menghabiskan malam bersama teman-temanku untuk itu . Dunia malam bagiku sangat menyenangkan . Setidakknya aku bisa lupa kalau aku anak yang terlantar karena orang tua sibuk mencari uang . Sampai suatu hari aku merasa jenuh dengan segala aktivitasku .

Aku merasa semua orang yang berada di sampingku terasa sangat membosankan , apa yang dilakukan semua terasa basi dan tidak ada artinya . Teman-teman yang selalu setia menemaniku serasa tidak asyik lagi untuk dijadikan teman ngobrol . Aku tahu betul alasan mereka ingin menjadi temanku tidak lain karena status sosial yang aku sandang bukan karena sikapku yang enak diajak begaul . Aku sendirpun sadar dengan sifatku yang egois dan arogan , sering kali menyakiti hati mereka tapi sampai detik ini mereka selalu setia menemani dan menuruti semua perintahku .

Untuk menghilangkan rasa bosannku , akhirnya aku putuskan membuka kembali akun facebook yang kurang lebih sudah satu tahun tidak kubuka . Niatku membuka akun itu untuk mencari suasana baru karena aku benar-benar sudah bosan dengan duniaku ini .

Begitu banyak pesan yang masuk di inboxku , terutama pesan dari akunnya milik cewek . Mungkin mereka fansku yang merasa kehilanganku selama setahun ini . Salah satunya sebuah pesan dari Amira , mantanku waktu jaman sms dulu . Kepalaku pening melihat pesan darinya yang panjang seperti teks proklamasi saja , jangankan untuk membalasnya membacanyapun aku sudah enek duluan .

“ Membosankan , gak asyik ! ” . Gumamku kesal .

Aku close dari menu Inbox , dan aku mulai membuka berandaku . Wuiiih … ! Banyak foto cewek cantik bertebaran di berandaku . Salah satunya foto yang di upload lima menit lalu dari akun yang bernama “ Vinna ” , mantanku sewaktu ospek dulu .

“ Wow , makin bohay saja nih si Vinna , hemmm … ! ” .

Aku terus berpetualangan di dunia facebook , sampai mataku tertuju pada akun yang benama “ Ipeh ” . Dia mengaplod sebuah foto yang sangat menarik perhatianku . Jujur , foto yang dia uploud upload tidak cantik tapi entah mengapa aku begitu tertarik untuk mengintip profilenya . Aku terperanjat begitu membaca dia berdomisil di Taiwan . Apa dia orang Taiwan asli ? Batinku bertanya  . Aku semakin penasaran dibuatnya .

Satu persatu aku buka foto-foto yang dia upload , satu persatu aku baca postingan statusnya . Dari sana aku bisa menyimpulkan kalau dia hobi membaca khusunya membaca novel . Semakin kesini aku semakin tertarik untuk mengenalnya lebih jauh lagi dan akhirnya aku putuskan untuk mengenalnya lewat inbox . Kebetulan dia lagi hijau alias lagi online . Yess !!

“ PINGG … !! ” .
Satu detik , dua detik , tiga detik … “ seen” . Dia sudah membaca inboxku .
“ Ini facebook mas bukan BBM loh ! ” . Balasnya .
Membaca balasannya aku senyum-senyum sendiri .

“ Loh ko kamu bisa bahasa Indonesia ya ? Bukankah kamu orang Taiwan ? ” . Tanyaku penasaran .
“ Iya aku lagi di Taiwan , lagi ngebabu mas ” . Jawabnnya polos .

Yah , lagi-lagi dia memanggilku “ mas ” , emang tampangku seperti mas-mas  tukang bakso ya ? Apa mukaku terlihat tua ? Ah tidak juga , mukaku masih unyu-unyu ko ! .

Ternyata Ipeh adalah seorang TKW berusia 22 tahun asli Lembang , Bandung . Aku sempat tidak percaya dengan penuturannya , karena kalau aku perhatikan dari cara bicaran serta stylishnya tidak menunjukan bahwa dirinya seorang TKW . Dia tidak cantik namun terlihat anggun ditambah tutur bahasanya yang sopan . Dia berbeda !

Karena yang sering banyak kudengar selalu hal negatif dari yang namanya TKW khusunya TKW Taiwan . Dari segi pergaulan dan cara bicara serta style mereka yang gaul tapi malah terlihat norak menurutku  . Tapi tidak dengan Ipeh , penampilannya yang sangat sederhana namun mampu membuatku terpincut . Awal pertama melihatnya aku langsung memiliki feeling positiv.

Perkenalan kami berlanjut ke LINE , disana aku dan Ipeh sering menghabiskan waktu bersama . Berbagi pengalaman masing-masing , aku tidak pernah bosan untuk terus bercerita dengannya . Diantara kami seperti ada kabel yang menyambungkan antara otakku dan otakknya . Selama apapun kami mengobrol , koneksi tidak pernah putus . Ipeh orangnya asyik untuk diajak sharing , apapun topik yang kami bivarakan selalu asyik untuk dibahas . Inilah wanita pertama yang tidak pernah membuatku bosan dengan celotehanya .

Tiga bulan kami saling mengenal satu sama lain dan akhirnya aku memutuskan untuk menjadikannya kekasihku . Awalnya aku sempat tidak percaya diri , takut kalau dia  akan menolakku tapi ternyata dugaanku salah . Dia bersedia menjadi pacarku meskipun kami belum pernah bertemu di dunia nyata .

“ Semoga kamu bisa menungguku sampai aku pulang nanti ” . Katanya penuh harapan .
“ Iya sayang , aku pasti akan menunggumu . Kamu harus percaya itu ! ” . Jawabku tegas .

Aku begitu bahagia ketika bisa memilikinya , ada yang beda di hariku semenjak aku mengenalnya . Rasa rindu terus menggebu di benakku , sehari saja tidak mendengar suaranya aku seperti kehilangan tenaga , rasanya ada yang kurang dihidupku . “ Ah , ini parah ! ”.

Ipeh yang sudah dua tahun di Taiwan dengan job menjaga ama yang sudah berusia 90 tahun , keadaanya lumpuh total . Disamping itu dia harus merawat anak laki-laki yang masih berusia 4 tahun . Pada siang hari dia disibukan oleh berbagai pekerjaan hingga tidak ada waktu untuk menerima teleponku lebih lama . Hanya pada malam harilah kami bisa mengobrol bebas sampai berjam-jam , kadang sampai dia tertidur pulas karena kecapean .

Sebenarnya aku merasa perihatin dengan keadaanya , mengapa dia harus jauh-jauh dan begitu susah untuk mencari uang yang sangat sedikit jumlahnya . Kadang aku ingin menyuruhnya pulang saja , aku ingin menikahinya dengan begitu dia tidak perlu susah untuk mencari uang demi menafkahi keluarganya di kampung . Tapi keaadaanku yang sekarang tidak berhak untuk menyuruhnya pulang , karena kuliahku belum kelar dan yang terpenting dari semuanya aku ingin menghargai usahanya serta selalu mendukungnya . Hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini . Aku kagum dengan keperibadian dan sikap mandirinya , untuk pertama kalinya dalam hidupku aku bertemu dengan wanita sehebat dia .

Selain itu , sifat keibuan yang dia milki bisa membuatku nyaman . Perhatiannya terhadap keluargaku khusunya terhadap nenek membuatku yakin bahwa dia bisa di jadikan seorang istri yang baik .Tentunya sesuai dengan apa yang diharapkan nenek selama ini .

Ipeh merupakan anak bungsu , kakaknya yang laki-laki sudah menikah dan memiliki dua orang anak . Penghasilannya tidak tetap , jangankan untuk membiayai pengobatan ayahnya yang katanya sedang sakit parah untuk menafkahi keluarga kecilnya pun dia sering kesusahan . Ibunya yang sudah rentan berjulaan sayuran di pasar , penghasilnnya hanya cukup untuk makan sehari-hari saja . Atas alasan itulah Ipeh rela menjadi TKW di usianya yang masih belia  . Sebanrnya usia dia lebih tua tiga tahun dariku , tapi tak mengapa karena perbedaan usia bukan halangan bagiku untuk tetap mencintainya .

“ Apa yaz , lu pacran sama TKW ?! ” . Dio kaget ketika tahu kalau aku sedang menjalin hubungan secara LDR dengan Ipeh .

“ Yaz , otak lu dah error ya ? Ko bisa-bisanya lu jatuh cinta sama cewek yang belum lu kenal di dunia nyata , yang lebih parah TKW lagi ? ” . Timpal Aldi .

“ Tau nih , ada sih Mela yang sudah jelas cantik dan ngarepin lu , lu abaikain gitu aja ” . Lanjut Dio lagi .

“ Ya inilah cinta bro ! ”. Jawabku dengan wajah tanpa dosa .

“ Huh … !!! ” . Kata Dio dan Aldi hampir bebarengan sambil mengacak-acak rambutku .Sepertinya mereka mulai gerah dengan perubahan sikapku , sementara aku hanya nyengir kuda saja melihat tingkah mereka .

Ya , titleku sebagai playboy kampus perlahan-lahan sudah luntur . Semenjak aku mengenal Ipeh , semenjak aku memutuskan untuk menjalin hubungan secara LDR dengannya , semenjak itu juga mataku seperti buta . Tidak dapat melihat kecantikan wanita lain yang kerap kali menghapiri dan mencoba merayuku . Aku sadar betul bahwa mereka berwajah cantik melebihi Ipeh . Tapi bayangan Ipeh yang selalu menari-nari dipelipis mataku dan mampu mengalahkan semuanya .

Ah seandainya mereka tahu bahwa bukan mereka saja yang bingung dengan perubahannku . Aku sendiri pun bingung dan hampir tidak percaya , aku bisa jatuh cinta  sama orang yang belum aku kenal di dunia nyata . Tapi sejak mengenalnya hidupku berubah total , aku sudah tidak lagi trek-trekan motor , dunia malam sudah aku kurangi bahkan sekarang aku lebih suka dirumah untuk menemanin nenek . Karena Ipeh pernah bilang , kalau aku harus sering-sering menemanin nenek .

“ Neng Ipeh memang hebat , dia bisa merubah cucu kesayangan nenek ini menjadi lebih baik seperti ini ” . Kata neneku kagum . Sementara aku hanya tersenyum mendengarnya .
“ Tapi sayang , apa kamu memang sudah yakin dan serius mau meminangnya nanti kalau dia sudah pulang ?! ” . Lanjutnya lagi .
“ Iya nek , Diaz sangat sayang dia dan Diaz gak mau kalau sampai harus kehilangan dia ” . Jawabku tegas .
” Iya sayang , nenek paham maksud hatimu . Tapi kalau dilihat dari status sosial keluarga Ipeh sangat berbeda jauh dengan keluarga kita . Apa mungkin Papi Mamimu setuju ?!”.
Aku hanya terdiam mendengar penuturan nenek , suasana hening sejenak .
“ Gak apa-apa sayang , nenek akan merestui kalian asal kamu bisa bahagia bersama Ipeh , ya ?!” . Lanjut nenek lagi mencoba untuk menghiburku .

Itulah nenekku yang selalu mengerti aku dan memanjakankku . Aku patut berbangga karena memiliki nenek yang sangat menyayangiku seperti dia .

“ Sayang , sebelum kamu pulang aku dan nenek mau berkunjung kerumah untuk bersilahturahmi dengan keluragamu , bagaimana menurutmu ? ” . Tanyaku ketika aku dan Ipeh melakukan video call .
“ Apa kamu serius sayang ?! ” . Tanyanya untuk memastikan .
“ Iya sayang , nanti kalau kamu pulang baru kita bertunangan ” .
“ Iya , makasih sayang . Tapi aku harus merundingkannya dulu dengan kedua orang tuaku ” .

Dua bulan sebelum kepulangan Ipeh ke tanah air aku dan nenek sudah mengunjungi keluarganya . Perjalanan menuju kota Lembang hanya memakan waktu satu jam saja dari kotaku . Sebuah rumah yang sangat sederhana dengan lingkungan yang asri .

Orang tua Ipeh menyambut kami dengan ramah tamah , keluarga sederhana yang penuh kehangatan yang sebelumnya belum pernah aku rasakan dari lingkungan keluargaku sendiri .

“ Mereka sangat ramah , nenek suka itu ” . Ujar nenek ketika kami sedang dalam perjalanan pulang .
“ Pantesan neng Ipeh begitu ramah dan sopan ya Yaz , nenek berharap kalian bisa berjodoh ! ” . Kata nenek lagi .
“ Makasih nek … ! ” . Jawabku penuh haru .

Tinggal seminggu lagi Ipeh akan tiba di tanah air , aku dan nenek sibuk mempersiapkan keperluan untuk acara pertunangan nanti . Rasanya aku sudah tidak sabar untuk menunggu hari pertemuan kami , menunggu hari pertunangan kami . Sejenak anganku menerawang , berimajinasi ke hari yang selama ini aku tunggu . Lamunanku seketika buyar ketika  ada panggilan masuk dari nomer baru . Aku sempat ragu untuk menekan tombol “ Yes” . ” Nomer siapa ya ? ” . Batinku bertanya .

“ Hello Yaz  … ! ” . Suara yang tidak asing lagi dipendengaran disebrang sana meyapaku . Aku masih diam .
“ Hello , ini aku sayang … aku baru saja sampai dirumah nih ! ” .
“ Apa dirumah ? Ah yang bener sayang ?! ”. Kataku hampir tidak percaya kalau Ipeh sudah pulang .

Ya , Ipeh ternyata mempercepat jadwal kepulangannya tanpa sepengetahuanku . Katanya sih untuk memberiku sebuah kejutan , dan dia berhasil membuatku terkejut setengah mati .

Hari minggu , aku dan Ipeh sudah membuat janji untuk mengadakan pertemuan perdana kami di Kafe sekitar Gedung Sate . Cuaca hari minggu itu begitu cerah , sepertinya mendukung kami untuk melakukan pertemuan . Sudah satu jam lebih aku berdendang di depan cermin  , ada perasaan nervous juga tapi sebisa mungkin aku akan tetap berusaha bersikap tenang biar selalu terlihat cool di pertemuan perdana nanti .

Sesuai cuacanya yang lagi cerah , aku berpakain ala Korea style . Dengan perpaduan jas biru langit , t-shirts putih polos berkerah segitiga dan celana jeans model pensil menjadi style andalanku . Perfect !

Oh iya , meski aku bukan pengaggum drama atau boyband Korea tapi untuk stylishnya aku suka banget . Terutama untuk hari ini , aku begitu percaya diri dengan style yang aku kenakan dan aku berharap Ipeh juga suka dengan styleku .

Busana sudah dianggap OK , aku langsung masuk mobil dan duduk manis didalamnya . Mang Oji yag merupakan sopir pribadi nenek siap mengantarku ke lokasi janjian . Aku terus sibuk merapikan pakaianku serta rambutku , tanpa aku sadari dari tadi mang Oji terus memperhatikan tingkahku sambil senyam-senyum .

“ Kenapa mang dari tadi cengengesan mulu ” . Tanyaku jutek .
“ Ah enggak a , saya merasa senang saja melihat a Diaz begitu bahagia hari ini ” .
“ Ohh … ! ” . Aku tetap cuek padahal sebenarnya aku sedang menahan rasa malu atas tingkahku barusan .
“ Saya jadi semakin penasaran sama neng Ipeh a , hehehe … ” . Lanjutnya lagi .

Sementara aku masih tetal diam pura-pura cuek , tidak menggubris perkataan mang Oji . Lalu kulemparkan pandang keluar sana . Aku begitu menikmati setiap pemandangan sepanjang perjalanan Dago ke Gedung Sate itu .

Tepat pukul empat sore , aku sudah berada di lokasi . Sengaja aku menyuruh mang Oji untuk menurunkanku di pinggir jalan dekat lampu merah . Aku memilih jalan kaki untuk menuju kafe tempat dimana kami berdua sudah sepakati kemarin . Lampu merah itu sepertinya masih lama untuk berubah menjadi hijau . Untuk mempercepat waktu aku memutar lagu dari Ipod kesayanganku . Aku memilih lagu “ All of me ” dari John Legend , lagu itu adalah lagu pemberian Ipeh . Dia bilang bahwa lagu “ All of me ” itu adalah lagu yang bisa mewakili perasaannya untukku , mungkin karena alasan itu juga aku jadi suka banget sama lagu yang satu ini dan tidak pernah bosan untuk terus memutarnya .

“ You're crazy and I’m out my mind ” . Aku meniru liriknya yang sedang mengalun merdu di kedua pendengranku .

Aku begitu terhanyut dengan alunan musiknya ,  begitu meresapi setiap bait liriknya . Sampai aku terperanjat kaget ketika ada seseorang yang mendorong tubuhku dari belakang dengan kuatnya hingga aku tersungkur ke aspal , kemudian di susul oleh suara benturan yang sangat keras dan jeritan histeris dari beberapa orang disekitarku .

BRAAAAAAKKKK … !!!!

Disana aku baru menyadari ada seorang wanita yang tertabrak mobil demi menyelamatkanku dari tabrak lari itu . Wanita itu nampak sudah tidak berdaya terbaring lemah di aspal dengan sekujur tubuh berlumuran darah tapi belum ada satu orang pun yang menghampirinya . Dengan langkah kesakitan aku mencoba mendekatinya lalu segera meraih tubuhnya .

“ Di , Diazzz … ” . Wanita itu memanggil namaku dalam rintihan kesakitannya . Sebuah suara yang tidak asing lagi dipendengaranku . Aku tercengan dan tubuhku mulai gemetaran lemas .

” Ii, Ipeeeeh … TIDAAAKKKK … !!! ” .

Tuhan , aku tidak pernah percaya bahwa yang menyelamatkan nyawaku dari tabrak lari itu adalah Ipeh . Wanita yang selama ini aku nanti kehadirannya . Wanita yang telah membuat hidupku lebih berarti . Wanita yang telah membuatku mengerti arti dari sebuah cinta  dan kesetiaan .

Entah bagaimana awalnya , Ipeh bisa berada di belakangku dan menyelamatkan nyawaku . Tapi dari salah satu saksi mata dilokasi kejadian itu bilang , bahwa Ipeh sudah beberapa kali memanggil-manghil namaku .

Disini aku mulai menyalahkan diriku sendiri , karena seandainya saja pada saat itu aku tidak menyuruh mang Oji untuk menurunkanku di dekat lampu merah mungkin aku tidak akan berjalan kaki untuk menyebrangi lampu merah sehingga aku tidak sempat memutar lagu untuk mempercepat waktu pada saat itu . Yang akhirnya aku terhayut oleh alunan melodi lagunya hingga aku tidak bisa mendengar seruan dari Ipeh .

Kecelakaan fatal itu telah merenggut nyawa Ipeh setelah dia berbaring selama satu hari di ICU . Bagaimanpun aku ingin menolongnya , memohon agar Ipeh bisa diselamatkan tapi semua pihak medis sudah angkat tangan atas kondisinya . Sempat aku memohon untuk mengijinkannku membawanya berobat ke Amerika namun dokter Ilham yang merupakan dokter pribadi keluargaku tidak mengijinkannya karena dia bilang semua akan sia-sia saja . Nyawa Ipeh tidak bisa diselamatkan lagi kecuali dengan mukjizat Tuhan .

Tapi Tuhan berkata lain rupanya ,  dia telah mengambil Ipeh dari sisiku untuk selamanya . Disini aku merasa bahwa Tuhan tidak pernah adil . Mengapa Tuhan membiarkanku menunggu Ipeh begitu lama tapi setelah kami dipertemukan justru dengan cara seperti ini , dengan cara yang sangat tragis yang seumur hidupku sulit untuk aku lupakan .

” Ini semua salahku … Aaarrrggghh !!! ” .

Tanpa aku sadari aku telah memecahkan kaca lemari yang ada dikamarku . Aku memukulinya hingga tangganku berlumuran darah dan harus menghabiskan beberapa jahitan . Nenek yang mengetahui hal itu teriak histeris , dia langsung memeluku erat mencoba menenangkanku .

“ Sudah Yaz , sudah ! Nenek mohon jangan seperti ini lagi , ini sudah takdir Tuhan sayang , berhentilah menyalahkan diri sendiri . Nenek mohon Yazzz … !! ” . Pinta nenek dengan nada getir . Pada malam itu kami berdua menangis sejadi jadinya .

Sebulan berlalu setelah kepergian Ipeh . Pagi itu aku sudah berdiri tegak disamping pusarannya . Bau tanah merah yang masih basah masih lekat di indera penciuman . Kuletakan setangkai bunga mawar putih dan juga sebuah buku . Sebuah buku motivasi yang berjudul “ Mimpi Sejuta Dolar ” dari penulis terkenal Indonesia , Merry Riana .

Dimana dulu sewaktu dia masih di Taiwan pernah bercerita bahwa dirinya sangat ingin sekali berkunjung ke Grand Media untuk melihat seluruh koleksi bukunnya dan yang paling dia ingin baca yaitu buku dari penulis Merry Riana . Karena sewaktu di Taiwan dulu dia tidak pernah diijinkan libur sehingga dia kesulitan untuk berkunjung ke toko buku . Tapi belum sempat aku membawanya berkunjung kesana , Tuhan malah lebih dulu memanggilnya .

Belumlah sempat aku membawanya ke Ciwidey , tempat yang selama ini dia impikan . Belum sempat aku membawanya nonton film di bioskop yang katanya sejak kecil dia belum pernah ketempat itu dan dia ingin melakukannya untuk pertama kalinya bersamaku nanti . Sebuah impian yang sangat mudah untuk aku kabulkan , seandainya boleh aku meminta aku hanya butuh waktu satu hari saja untuk bisa mewujudkan semua mimpinya . “ Tuhan , hanya sehari saja , satu hari …  ” . Aku membatin .

Aku mulai bersimpuh dan jemariku mulai meraba batu nisan yang mencap dengan gagahnya ditas pusaran Ipeh .

“ Mengapa begitu cepat kamu pergi meninggalkan aku , kenapa tidak memberiku kesempatan untuk mewujudkan semua impianmu ?! ” . Tangisku tak terbendung lagi hingga membangunkan burung-burung yang sedang lelap tertidur di atas dahan kamboja pagi itu .

“ Bahkan untuk berkata secara langsung bahwa aku sangat mencintamu , kau pun tidak memberikan kesempatan itu  . Mengapa begitu tega meninggalkan aku sendirian disni . Di dunia yang sangat membosankan ini ! ” . Air mataku kian deras tak terbendung lagi .

“ Dan katakan sayang , bagaimana aku harus melanjutkan hidup bila tanpa kamu ?! Rasanya aku ingin segera menyusulmu kesana , aku yakin di alam sana tidak akan ada orang yang bisa memisahkan kita . Benarkan sayang ? ” . Nadaku kian menggetir .

“ Diaz … ” . Seru nenek sambil menepuk pundaku .
“ Sudalah sayang , Ipeh di alam sana sudah tenang tinggal kamu sekarang harus melanjutkan hidup dan berjanjilah bahwa kamu bisa hidup lebih baik lagi  . Nenek yakin ini juga harapan Ipeh di alam sana ! ” . Ujar nenek sementara aku masih termenung menatap lekat pusaran Ipeh .
 ” Mari kita meninggalkan tempat ini , sebentar lagi jadwal penerbanganmu tiba , sayang ” . Ajak nenek sambil meraih tanganku .

Berat rasanya langkah kakiku untuk meninggalan pusaran Ipeh , untuk meninggalakn tanah air tercinta yang telah memberiku banyak kenangan manis sekaligus kenangan pahit . Tapi dengan kepindahanku ke Singapura adalah jalan satu-satunya agar aku bisa melupakan kejadian yang sangat tragis itu . Kejadian yang membuat hatiku pilu .

Ya , aku memutuskan untuk tinggal di Singapura bersama orang tuaku yang sudah satu tahun lebih berada disana . Sementara untuk keluarga Ipeh , aku telah membelikannya sebuah rumah yang cukup besar serta sebuah ruko untuk orang tuanya merilis usaha kecil-kecilan . Maksduku pemberian itu bukanlah bayaran atas pengorbanan Ipeh .  Bukan ! Mungkin lebih tepat bila disebuta sebagai hadiah untuk keluarga Ipeh . Karena aku tahu  nyawa Ipeh terlalu berharga dari segala apa yang aku miliki , apa yang aku beri untuk kedua orang tuanya tidaklah ada artinya . Bahkan mungkin nyawakupun tidak pantas untuk membalasnya . Tapi aku berharap dengan pemberianku itu setidaknya bisa sedikit mengurangi beban keluarganya .

Sebelum aku pergi ke singapura aku sempat mengunjungi mereka untuk berpamitan . Dalam perbincangan itu , ibunya berkata bahwa mereka berdua tidak menyalahkanku atas kepergian Ipeh . Mereka berterimakasih , karena di hari-hari terakhir itu Ipeh begitu terlihat bahagia untuk bertemu denganku . Pada hari itu pula mereka bahagia sekali karena apada akhirnya bisa melihat senyum manis Ipeh yang sempat hilang selama lima tahun ini .

Ibunya bercerita bahwa setelah Ipeh dikhianati dan pada akhirnya putus dengan pacarnya yang bernama Bagas , semenjak itu pula dia seperti kehilangan senyum manisnya itu . Tetapi pada hari itu pada hari pertemuan kami , senyum manis itu kembali merekah diantara wajahnya yang anggun .

Mendengar cerita mereka , hatiku bahgia tapi hatiku juga semakin serasa sakit . Ternyata Tuhan telah membiarkan aku mengenal wanita yang mencintaiku apa adanya . Yang bisa menerima segala kelebihan dan kekuranganku tapi sangat sangat disesalkan , karena Tuhan tidak mengijinkanku untuk memilikinya lebih lama lagi .

Hanya ini jalan satu-satunya yang harus aku pilih tapi kepergianku bukan untuk melupakan Ipeh , malaikatku  . Karena dimanapun aku berada , kemana langkah kakiku berpijak dia akan tetap hidup di lubuk hatiku yang membisu dan yang selalu merindukannya . Because you are my angel and thanks for everything that you have done . I love you and I miss you so … Goodbye my angel ! .

THE END

Taiwan , Tamshui . 30 April 2015 .