Indah Pelangi di Langit Formosa

2015/5/31 / Rainny Aini / Indah Pelangi di Langit Formosa / Indonesia 印尼 / tidak ada

Indah Pelangi di Langit Formosa
Oleh: Rainny Aini


Rasanya seperti baru. Lelah bila harus mengingatnya. Rasa sakit itu masih tak mau enyah dari hatiku. Sketsa demi sketsa kejadian yang pernah kualami tiga tahun lalu itu belum bisa hilang dari ingatanku. Mungkin tak akan pernah bisa. Dan aku tak akan pernah sanggup menggambarkan kesakitan itu. Terlalu sakit, hingga tak ada tinta yang bisa menggambarkannya lewat kata.

Vakum dari dunia maya, menyendiri dengan luka. Rasa sakit itu menghilangkan semua semangat dalam hidupku. Hampir dua tahun aku terpuruk tak berdaya. Logikaku mati. Benar-benar hidup dalam keputus asaan.

Ku ukir topeng dengan senyuman. Hanya untuk menyembunyikan kesedihanku. Biarkan rapuh itu menghampiriku saat sendirian saja. Bila raga luarku masih mampu mengekspresikan sebuah kekuatan, walaupun itu palsu, mengapa harus membuat orang lain ikut bersedih dengan tahu betapa lemahnya aku.

Sebuah kisah klasik tentang cinta berhasil mencabik dan merobek relung hatiku. Terlalu mencinta membuat kita lupa segalanya. Cinta juga berhasil membutakan mata hatiku. Aku tak bisa melihat lagi dengan logikaku. Sudah cinta ya cinta. Sudah sayang ya sayang. Tak perduli lagi penelitian latar belakangnya seperti apa.
Hingga akhirnya,” Aku menganggap dia setia, dan dia menganggapku bodoh.” Itulah perumpamaan yang pantas untuk diriku. Penggambaranku di masa lalu. Faktanya memang begitu.

Saat itu mungkin aku masih tak bisa menerima kenyataan atas kebohongan besar yang dia berikan. Entah sudah berapa banyak tetes air mata yang kukeluarkan untuk orang seperti dia. Andai tetes air mata itu menjadi butir mutiara, mungkin aku sudah kaya.

“Rainny, mau sampe kapan kamu kayak gini?” Tegur seorang sahabat waktu itu.
Aku hanya berkata,” aku baik-baik saja.”
Selalu menghela nafas dalam, saat kalimat itu meluncur dari bibirku. Kalimat sederhana sebagai topeng kesedihanku.
Kini aku bersyukur dengan putusnya hubungan itu. Aku terselamatkan lebih cepat dari seorang pembohong seperti dia. Pelan-pelan aku merangkak, berjuang untuk bangkit. Meski harus selalu terjatuh dan terjatuh lagi.

Sampai pernah suatu ketika, saat luka itu masih menganga dan meraja di hatiku. Sakitnya terasa menusuk ke rongga dada, mematikan semua nalar. Ada sebuah bisikan di tengah pikiran yang melayang jauh entah kemana. Yang kuingat hanyalah bayangan getir saat dia hancurkan semuanya. Hancurkan sebuah kepercayaan dan hati tanpa iba, hingga melebur seperti serpihan kaca. Dasar buaya, dia bohongi aku dengan manisnya kata cinta. Dia bilang duda tapi ternyata sudah berdua. Aku mencintai lelaki beristri. Dan aku tak pernah menyadari itu. Sampai akhirnya terbongkarlah semuanya. Satu persatu kedoknya mulai terbuka.

Sendiri, merasakan betapa hebatnya rasa sakit hati. Kuletakkan mata tajamnya di atas pergelanganku. Bila tak ada pertolongan Tuhan, mungkin sudah kuakhiri semuanya. Itulah titik paling buntu dan bodoh dalam hidupku.

Bayangan anak perempuanku seolah nyata di pelupuk mata. Aku menangis.
“Tuhan, bantu aku lepas dari belenggu luka ini.” Sebait do’a dalam sujudku. Kupasrahkan semua pada-Nya, aku menyerah di hadapan-Nya. Kuanggap rasa sakit itu sebagai penggugur dosa.

Akhirnya perjalanan terburuk itu kulalui juga. Kuikhlaskan semuanya, semua luka dan masa lalu. Kutinggalkan jejak-jejak duka di dua tahun sebelumnya. Cukup! Aku rasa cukup! Tak perlu lagi berdiam diri dalam lorong gelap. Aku harus bangkit dan berlari keluar dari kesedihanku. Aku masih punya anak perempuan yang menantikan dan membutuhkan kasih sayangku. Dan akhirnya kutemui celah itu.

Sepenggal kisah di atas adalah satu dari beberapa kisah pahit dalam hidupku. Mungkin itulah kisah terpahit yang pernah aku lalui. Aku yakin setiap rancangan kisah hidup manusia sudah diatur dengan sempurna oleh Sang Pencipta. Entah itu baik, buruk, sedih dan bahagianya sekalipun. Dibalik semua kisah pasti ada makna dan hikmah yang terpendam.

Aku pernah mengalami kegagalan berumah tangga yang pertama, dan kini aku mengalaminya lagi sebelum berkahir di pelaminan. Ternyata tidak mudah untuk mencari pasangan hidup. Kisah cinta yang berakhir tragis ini cukup membuatku jera. Dia bunuh semua rasa. Sampai tak ada yang tersisa, walau itu sekeping cinta. Dan satu yang sulit untuk kembali, sebuah kepercayaan yang terenggut habis.

Ada banyak doa dan harapan yang aku panjatkan di awal tahun ini. Aku ingin semuanya kembali normal. Aku ingin semuanya menjadi lebih baik. Mulai menata hati dan menata diri. Tak ingin lagi menitikkan air mata. Tak ingin lagi bergelut dengan sedih dan nestapa. Aku lelah.

Tak tahu persisnya kapan, Januari lalu aku kembali ke dunia maya. Kembali membuka diri untuk bersosialisasi di sebuah jejaring social. Sampai akhirnya Tuhan beri aku jalan. Lewat pertemuan dengan seseorang di facebook, yang mengenalkan aku pada sebuah program pendidikan. Aku sangat antusias dengan program itu. Karena dulu, setelah lulus SMP, aku tak memiliki kesempatan untuk meneruskan pendidikan. Alasan yang cukup klasik tapi dalam, terhalang masalah biaya.

Program pendidikan dari Indonesia yang digawangi oleh PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) yang sedang menempuh pendidikan di Taiwan ini akhirnya membuatku ingin masuk ke dalamnya. Dan pada tanggal 26 Januari 2015, ku putuskan untuk bergabung dengan program itu. Saat itu aku benar-benar sudah tak punya uang, karena semua gajiku sudah dikirimkan ke Indonesia. Kuberanikan diri pinjam pada salah satu sahabat. Ada rasa khawatir, takut dia tidak punya uang juga. Karena aku tahu dia juga harus membiayai hidup ibunya, juga kuliah adiknya. Tapi sekali lagi, Tuhan yang Maha Baik, menolongku lewat tangannya, Namanya Asie Nopriani. Dengan baik hati dia mau membantu. Dan kumiliki juga kesempatan itu. Kesempatan belajar, meski harus membagi waktu di tengah kesibukan bekerja. Bersyukur sekali majikan tidak melarang. Izin darinya merupakan bentuk dukungan yang luar biasa buatku.

Kini semangat itu berkobar lagi. Mimpi dan cita-cita yang dulu mati, hidup kembali. Tak apa, meski awalnya sulit, yakin saja pasti ada jalan di setiap niat baik. Asal kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh.

Ini baru awal menuju jalan masa depan yang cerah. Dimana dulu aku sempat putus asa karena kesempatan itu tak pernah ada. Sekarang, tak perduli berapa tahun usiaku, tak perduli seperti apa kisah hidupku, yang terpenting aku mau memperjuangkan lagi cita-citaku. Membuat nyata semua mimpi. Jadi penulis dan memiliki sebuah buku adalah impianku. Bila dulu hanya berani memimpikan itu dalam tidur, maka sekarang aku akan bangun dari tidur panjangku untuk mewujudkannya. Dan disini, di program pendidikan Kejar Paket C Taiwan ini, aku mulai semuanya.

Ikut dalam beberapa event kepenulisan sebagai langkah awal menggoreskan tinta. Butuh ketekunan saja. Tak ada yang terlintas di benak saat mengikutinya, kecuali hanya ingin membuktikan bahwa aku juga bisa. Tak perduli naskahku lolos atau tidak yang penting aku bisa mengapresiasikan imajinasiku lewat kata. Kita akan merasa sangat berharga, saat buah karya kita tak jadi sia-sia, karena bahagia itu sederhana, dan kita bisa menciptakannya.

Seketika hidupku berubah cerah seperti mentari yang bertengger di awan sana. Bisa bertemu dengan orang-orang hebat seperti para tutor dan teman-teman baru adalah salah satu hal yang paling mengesankan.

Belajar dan bekerja dalam waktu bersamaan pun bukan suatu hal yang mudah. Apalagi belajar dengan system online, harus pintar membagi waktu. Tak terasa sudah 4 bulan aku mengikuti program Kejar Paket C ini. Ada banyak cerita suka dan duka selama mengikuti kegiatan belajar. Banyak hal positif yang bisa aku dapatkan, seperti bertambahnya ilmu dan bertambah juga teman-teman dengan semangat yang luar biasa. Tak ada duka yang berarti. Lelah yang terasa terganti dengan suka yang tercipta. Dan aku merasa lebih bahagia dengan duniaku yang sekarang. Dibandingkan dengan yang dulu, saat aku hanya menghabiskan waktu dengan kesedihan.

Sekarang tak ada kata menyerah untuk sebuah kesuksesan. Kesuksesan dalam arti yang cukup luas. Sukses meraih cita-cita, sukses menjadi orang yang sejahtera yang bisa membahagiakan keluarga, terutama orang tua. Meski materi bukan alasan utama untuk kita bahagia, tapi setidaknya dengan kebanggan yang kita berikan kepada kedua orang tua, mampu melukis sedikit senyum di wajahnya.

Sukses yang paling penting adalah sukses dalam menimba ilmu. Sedangkan ilmu yang paling berharga adalah pengalaman hidup. Ilmu yang tidak akan kita dapatkan di bangku sekolah manapun. Ada satu point penting yang bisa aku ambil, yaitu semua proses yang terjadi dalam perjalanan hidupanku sampai aku sampai di titik ini.

Proses itulah yang membuatku mengerti apa arti hidup, cinta, dan bahagia. Proses itu juga yang menempaku menjadi seorang yang lebih kuat dan tegar. Tanpa proses itu mungkin aku tak akan pernah bisa berpikir dewasa. Karena sebuah kesuksesan tak aka nada artinya tanpa sebuah proses. Apapun bentuk kesuksesannya. Dan sukses yang sebenarnya adalah mampu memberi kekuatan kepada diri sendiri untuk bisa bangkit dan keluar dari keadaan sesulit apa pun.

Pelangi itu tak akan berwarna tanpa hujan dan awan gelap. Dan pelangi hidupku berwarna di Taiwan. Terluka dalam itu pernah aku alami. Sekarang aku tahu, Tuhan berikan luka itu agar aku mengerti, bahwa dibalik semua ujian ada hikmah besar yang bisa kupetik.

Tak ada lagi alasan untuk membuang waktu dengan percuma. Selama nafas masih berhembus, selama kita mampu dan mau, selama kita berusaha, never ever give up. Orang lain saja bisa, kenapa kita tidak?
Seperti sebuah pepatah yang mengatakan,”Ada matahari, ada juga awan gelap, tak perduli seberapa tebalnya awan gelap, matahari tetap di sana. Tak perduli seberapa banyak kesedihan dalam hidupku, aku yakin pasti ada kebahagiaan yang menantiku. Karena aku sudah mengalami sederetan lika liku dan kerikil tajam dalam kehidupan, dan aku telah mampu melewatinya.

Tetaplah semangat dan tersenyum untuk terus berkarya dan melakukan hal-hal baik. Karena sebuah senyuman dapat memberikan energy positif untuk kita, juga orang lain. Dan keyakinan juga yang membuatku percaya, bahwa aku bisa. Kutuangkan semua kisah hidupku dalam tulisan ini. Berharap akan ada banyak orang yang selalu percaya pada Tuhan dan dirinya sendiri. Bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.

Terima kasih untuk teman-teman, terima kasih pula untuk para tutor. Aku bersyukur sekali dipertemukan dengan kalian. Terima kasih juga untuk kedua orang tuaku yang tak henti-hentinya mendoakan dan mensupport aku. Terima kasih untuk sahabat-sahabat terdekatku yang tak pernah meninggalkan aku dalam keadaan apapun juga. Terima kasih untuk anak perempuanku yang menjadi kekuatanku untuk bertahan dan tetap kuat menghadapi hari-hariku. Dan tentunya aku sangat berterima kasih pada Tuhan Sang perancang skenario yang hebat ini dalam hidupku. Sungguh luar biasa nikmat yang Dia berikan.

Aku akan menjadikan motto kalimat ini untuk masa depanku.
“Huo dao lao, xue dao lao.”
Hidup sampai tua, bejalar sampai tua. Penuhi perutmu dengan tinta maka hidupmu akan berharga.