Cerpen Ku Menantimu

2015/3/25 / Werdyzta Lawu / Cerpen Ku Menantimu / Indonesia 印尼 / tidak ada

CERPEN : KU MENANTIMU    
                    
Terkenang waktupertemuan dulu. Tepatnya malam dingin diawal september tahun itu. Tak terbayang sedikitpun di benakku kalau aku akan jatuh cinta pada seorang pria yang bernama Shidyg. Pria berkebangsaan Thai yang usianya 15tahun jauh lebih tua dariku dan juga lebih pantas menjadi seorang kakak buatku. Begitulah yang sering teman-teman katakan dan gunjingkan. Di mata mereka aku dan dia tak sepadan dan terlalu jauh perbedaan yang menjadi penghalang. Tak salah kalau teman-temanku mengatakan kalau hubungan kami hanya sebatas kontrak dan tak mungkin bersatu nantinya. Karena mereka tidak tau bagaimana perasaan kami dan sebesar apa rasa cinta yang tumbuh di hati kami berdua. Bagiku Shidyg adalah sosok pria yang baik,perhatian dan pengertian. Dia orang pertama yang selalu ada di setiap kegundahan dan keterpurukan yang menimpaku selama beberapa bulan terakhir ini. Semua karena laki-laki di sebrang sana yang selama ini aku bela-bela dan yang selalu ku manja telah begitu tega menamparku dengan ucapan kasarnya. Wanita mana yang sudy dihina orang apalagi orang tersebut yang seharusnya menjadi tonggak keutuhan dalam berumah tangga. Kuakui dulu memang aku sangat mencintainya dan karena sayangku padanya apapun yang di minta selalu kupenuhi,tapi kini rasa cinta itu telah lebur tak tersisa di hatiku karena penghinaannya yang begitu menyakitkan hati dan perasaanku. Bagaimana kelanjutan cerita rumah tanggaku dengannya nantipun aku juga belum tau,tapi perasaanku selalu berontak tiap kali aku mencoba untuk memberikan kemaafan buatnya. Peristiwa demi peristwa yang dulu pernah kurasakan,tetesan air mata yang sering mewakili hatiku saat dulu dia menorehkan luka dihatiku seakan menentang dan memprotesku bila aku terus pertahankan dia. Pernah kuambil keputusan untuk berpisah dengannya ketika dia memberiku peluang untuk terbebas dari ikatan perkawinan dengannya,namun semua kuurungkan teringat buah hatiku yang masih membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya. Tapi luka itu kembali terulang dan terulang lagi. perasaan sabar seorang manusia pasti ada batasnya,tak mungkin manusia rela terus dan selalu di kecewain oleh orang yang dicintainya. Kini kontrakku tinggal mehitung bulan dan 1 tahunpun tinggal separonya saja. Telah kubulatkan untuk mengambil satu keputusan yang pastinya akan sangat mengecewakan sebagian orang-orang tertentu dalam keluarga kami dan juga buat putri kecilku. Mungkin aku dan dia memang tak berjodoh seperti yang dulu ku bayangkan. Dan aku hanya bisa selalu berdo'a untuk kemudahan dalam proses perpisahan nanti,seperti yang pernah dia ucapkan akan rela melepasku bila memang ikatan perkawinan harus berakhir demi kebaikan bersama. Sedang untuk urusan anak bila sudah dewasa nanti pasti dia kan mengerti. Tapi entahlah,kini aku masih disini. Di negri rantau yang terhalang jarak yang begitu luasnya dan tak tembus pandang dari negriku yang di sebrang selatan sana. Sementara hubunganku dengan Shidyg berawal bukan karena alasan rumah tanggaku yang sedang dalam kondisi gonjang ganjing seperti saat ini. Sebelum aku mengenalnya masalah rumah tanggaku sudah ada,hanya saja aku selalu menutup diri dan tidak berterus terang kepada siapapun termasuk orang tua dan juga saudara-saudaraku sekalipun. Bukan karena aku takut,tapi karena aku malu dengan mereka. Dulu aku selalu ngotot jadi orang dan tak pernah mau mendengar nasehat dari keluargaku untuk tidak menikah dengan suamiku. Mungkin saat itu mataku telah di butakan oleh cinta hingga tak toleh mana yang baik dan mana yang seharusnya perlu di pertimbangkan lagi sebelum mengambil keputusan. Semua sudah terlambat untuk disesali, kini malu atau tidak aku sudah siap dengan segalanya. 10 tahun sudah aku bersabar menghadapi dia dan mengabdikan diri jadi istrinya. Rasanya sudah cukup rasa nelangsaku ini berakhir dengan kebebasan tanpa bayang-bayang dirinya sekarang.

[Maafkan mami putriku sayang, bila mami harus memilih berpisah dengan papimu. Tapi percayalah rasa sayang kami tak berkurang sedikitpun buatmu. Nanti bila kamu telah dewasa pasti akan paham dan mengerti akan keputusan mami ini.]

               Dinginnya cuaca pagi itu seakan menusuk relung hatiku. Ditambah perasaanku yang aneh dan seakan ada firasat yang tak baik akan ku terima, namun kubuang jauh-jauh perasaan itu karena aku yakin semua akan baik-baik saja.

Agh.....mungkin cuma perasaanku saja yang sudah dua hari ini memang lagi kurang enak badan. [Kilahku menutupi perasaan walau sebenarnya hatiku gundah dan tak tenang.]

Jampun sudah menunjuk pukul 07;30 pagi sementara orang yang ku tunggu juga belum menampakkan batang hidungnya. Padahal jam 07;00 aku sudah menelfonnya dan dia bilang mau mandi dulu baru nemui aku. Tapi nyatanya jam kerjanya sudah dimulai tapi dia belum juga datang seperti biasanya yang selalu tepat waktu. Ku telfon berkali-kali juga tidak diangkat atau juga tidak menelfonku balik seperti hari-hari sebelumnya yang begitu takut dan harus menerima omelanku bertubi-tubi sebagai hukuman atas keterlambatannya menemuiku.

[Awas nanti kalau sampai kamu tidak datang atau pula menelfonku, jangan harap aku akan maafin kamu terlebih-lebih untuk bisa dapatkan hatiku lagi. Emang kau pikir enak apa nungguin orang sendirian kedinginan lagi.]

Tapi kok perasaanku jadi makin nggak karuan kayak gini,atau jangan-jangan dia.........
Agh nggak mungkin,dia pasti baik-baik saja. Sebentar lagi dia pasti menelfonku dan bilang kalau dia baik-baik saja.

Ku langkahkan kakiku mendekati kursi roda tempat Ama duduk yang memang kutaruh sengaja agak jauh dari tempatku duduk. Kutempatkan dia yang cukup lumayan bisa terkena sorotan mentari pagi biar badanya menjadi sedikit lebih hangat, sementara tempat dimana aku duduk hembusan anginnya terasa lebih dingin takut Ama kedinginan dan masuk angin. Pada waktu itu ku melihat dia datang perasaanku jadi lega seketika, luapan amarah yang tadi sudah memuncak ku coba tahan dan tak ku keluarkan dulu.

Mei you xanpan ma?(没有上班吗).

Mei you.(没有).

Jawabannyapun begitu datar membuatku diam dan menunggu reaksinya agar mau berbicara lebih dulu dan memberi penjelasan atas keterlambatanya datang.

Kamu jangan pernah ganti nomor hp.

Deg..... perasaankaget, heran dan bingngung bercampur jadi satu.

Buat apa aku ganti nomor, buang-buang duit aja hp pun juga cuma ada 2.

Aku cuma minta kamu untuk tidak ganti nomor nanti kalau aku sudah balik sini lagi biar tetap bisa menghubungi kamu.
Hari ini aku pulang ke Thai Quo.

Lemas seketika rasa tubuhku mendengar kata demi kata yang baru saja ia ucapkan. Batinku ingin menjerit dan berteriak tapi apalah daya aku malu dilihat orang. Mulutkupun rapi rapat terkunci tak sepatah katapun mampu kuucapkan,hanya tetesan air mata yang mampu mewakili segala rasa yang ada.

Satu haripun berlalu tersasa bagaikan sewindu. Hari-hariku terasa hampa dan sepi tanpa mendengar suaranya bagai hari-hari sebelum dia pulang. Walau hampir tiap hari aku ngomel-ngomel dan memarahinya tanpa alasan yang jelas, tak pernah seharipun dia absen untuk tidak menelfonku. Jujur pula aku marah bukan karena benar-benar marah atau sudah bosan sama dia,tapi aku hanya ingin dia tahu atau mengerti kalau aku benar-benar cinta sama dia. Aku nggak mau tiap hari di curigai atau di cemburui terus menerus. Semenjak kuputuskan diri untuk menerima cintanya pintu hatikupun juga telah kututup untuk pria lainnya termasuk suamiku sendiri yang sering ngecewain aku. Tapi keseriusan dan kejujuranku selalu di sanksikan sama dia. Sebab itulah aku terus marah-marah karena aku merasa serba salah di buatnya.

Haripun berganti menjadi minggu, diawal malam minggu dia menyempatkan diri menelfonku walau hanya sebentar. Minggu keduapun juga begitu dan hingga minggu - minggu seterusnya. Tapi setelah minggu beralih ke bulan yang kedua terhitung semenjak kepulangannya sikapnya mulai berubah. Dia mulai jarang menelfon untuk menanyakan kabarku, sedang ku juga tidak bisa menghubunginya karena dia tidak pernah mau memberikan nomernya sama aku. Hari demi hari perasaanku kian tidak enak, takut kalau telah terjadi sesuatu hal yang buruk menimpanya. Bulanpun berganti untuk yang ke lima kalinya,dan kontrak kerjaku tinggal menghitung hari. Minggu itu kunikmati hari libur terakhirku dan juga hari penantian terakhirku pula mengharap kedatangan Shidyg membawa cinta untukku. 5 bulan lebih ku setia menanti kedatangannya,tak ku sangka penantianku di balas dengan kebohongannya. Ternyata malam minggu dimana terakhir kalinya dia menelfonku waktu itu, 2 hari kemudian dia balik lagi ketaiwan. Dan dia tidak mau memberitahuku lantaran telah ada wanita lain yang menggantikan posisiku di hatinya. Kecewa dan hancur berkeping-keping rasa hatiku saat mataku menatap dia sedang bercumbu mesra dengan perempuan barunya di taman sore itu. Awalnya aku tidak percaya kalau itu adalah dia,tapi setelah diapun juga ikut kaget dan bingung saat melihatku. Rasa ketidak percayaanku berubah menjadi kebencian yang begitu mendalam. Tak ku sangka kalau dia tega menghianati kepercayaan dan kesetiaan yang kuberi. Aku benar-benar tak menyangka kalau aku akan terluka untuk yang keduakalinya karena laki-laki. Atau memang beginilah yang di namakan cinta sebatas kontrak, harus berakhir bila kontrak berakhir pula. Tapi kenapa masih banyak juga saudara-saudaraku yang lain senang menjalani hubungan terlarang yang dipatok dengan yang namanya kontrak kerja. [kejamnya cinta]

Kini aku sudah kembali ke tanah air memulai hidup baru. Walau setatusku belum janda tapi aku tidak serumah lagi dengan suamiku. Sebenarnya aku sudah tidak sanggup menyandang gelar ini,bukan berarti aku tidak berani menggugat cerai suamiku. Tapi semua karena demi anak dan orangtuaku serta mertuaku yang masih terus mengharap agar aku mempertahankan perkawinanku. Mereka beranggapan kalau suamiku akan berubah bila aku mau memaafkan dia,tapi nyatanya apa suamiku kian menjadi dan tanpa sungkan wanita simpanannya dipamerkankan ke aku dan anaknya. Marah memang rasanya melihat kelakuan buruknya tersebut yang di pamerkan di depan mata anaknya yang semestinya harus di lindungi dari hal-hal negatif, justru dia ayah kandungnya sendiri memberi contoh yang tidak baik. Waktu itu kesabaranku sudah berakhir, kuusir dia dan ku tantang untuk bercerai dan diapun menyetujuinya. Dengan secepatnya pula ku urus surat perceraianku agar aku secepatnya menjadi mantannya.

Harapan bisa lepas terbebas dari segala beban,tapi takdir ILLAHI yang menentukan. Manusia berencana tetap DIA diatas segala-galanya yang ada di muka bumi ini. Saat ku sibuk mengurus surat kesana kemari, di sana di rumah kontrakanya suamiku berjuang melawan maut karena terluka akibat ditikam oleh wanita simpanannya yang hendak kabur dengan membawa semua barang-barang berharga miliknya. Ternyata wanita tersebut hanya menginginkan hartanya bukan karena dia benar-benar mencintai suamiku. Ketika ku masih di taiwan tiap bulan mendapat kiriman dariku, dia mendekati suamiku. Tapi kini setelah tau bila suamiku bercerai denganku tidak ada lagi yang bisa diandalkannya maka dia mau pergi meninggalkan suamiku dan membawa harta miliknya yang masih tersisa. Setelah mendengar kabar tersebut dari adik iparku langsung aku pergi ke rumah sakit. Walau tadinya rasa benci itu meluap-luap dalam diriku,tapi setelah dia kini tak berdaya di dalam ruang ICU rasa benci itu sirna seketika berganti kekawatiran yang mendalam dihatiku akan keselamatannya. Bagaimanapun juga dia adalah ayah kandung putriku.

Malam itu setelah berhari-hari dia tertidur dalam komanya,dia sudah mulai bisa menggerakan badanya, dan yang jauh membuatku tak percaya,orang pertama yang di sebutnya setelah ia sadar adalah aku. Kumendekat kearahnya dan duduk dipinggiran ranjang sambil ku genggam tanganya yang masih lemas. Tak terasa butiran air mata mengalir membasahi pipiku.

Mi......,maafin papi yang telah nyakiti hatimu.

Sudahlah pi,aku sudah maafin papi kok. Sebaiknya papi istirahat dulu biar cepat sembuh. Soal itu kita bicarakan nanti saja kalo papi sudah sembuh.

Benar kata istrimu Her...., sebaiknya kamu istirahat dulu nanti kalau sudah sembuh baru kita bahas lagi.

Tuch,lihat si dita anakmu. Dari tadi dia nangis nanyain papinya,apa kamu tidak kasihan nglihat dia sedih kalau papinya nggak sembuh-sembuh.

Setelah mendengar nasehat ibu mertuaku suamikupun mengngangguk tanda setuju lalu diapun memejamkan matanya lagi untuk tidur. Selang satu bulan kemudian setelah suamiku sembuh total, kami berdua rujuk dan mengiklarkan ijab qobul lagi demi buah hati kami yang tercinta.

             Hidup berumah tangga memang tak semudah yang kita bayangkan, banyak kendala dan rintangan yang akan terus menguji tanpa henti. Tergantung dari diri kita masing-masing akankah sanggup dan bersabar menghadapi ujian itu semua. Godaan dan kedatangan pihak ketiga adalah hal yang sering kita temui dewasa ini, hingga tak heran kalau banyak ikatan perkawinan berakhir dengan perceraian. Fitnah dan gunjingan adalah suatu hal yang wajar tergantung bagaimana kita akan menyikapinya. Pahit manis, susah dan senang adalah satu dalam keterikatan yang pasti akan selalu kita temui dalam hidup ini. Kebersamaan atau pula perpisahan adalah takdirnya Illahi Robbi, rahasia kehidupan didunia ini adalah milik-Nya sang Maha Penguasa atas segala-galanya. Mari kita selalu mendekatkan diri dan selalu mengingat-Nya agar kita senantiasa terhindar dari jerat syaitan yang terkutuk. Amin Allahuma amin.....