Diary untuk Ayah

2014-03-01 / solikhah iman / Diary untuk Ayah / Bahasa Indonesia / Tidak ada

     Pagi ini mentari masih tak juga menampakkan terangnya,secercah cahaya yang dinanti untuk bisa sedikit menghangatkan raga yang masih terbelenggu dalam bekunya suhu musim dingin diTaiwan tahun ini.Lapisan kaos lengan panjang terbalut rapat oleh jaket tebal sebagai penghalang sepoy angin menyentuh kulit.Balutan syalpun tidaklah jarang melingkar menutupi leher orang-orang disepanjang jalanan nan ramai.Berbagai cara menyangkal hawa dingin membekukan pori-pori tulang kerapkali dilakukan untuk menunjang lancarnya aktivitas.Berawal dari innovasi aneka pakaian hangat,hingga alat penghangat ruangan beraliran listrik,orang Taiwan biasa menyebutnya Rechi mampu meningkatkan pendapatan para pengusaha domestik dalam menciptakan kreativitas produk-produk industri baru.

Setiap akhir pekan adalah hari menyenangkan untuk para pekerja sektor formal di negera maju ini.Hari libur nasional yang begitu jarang kita temui dikalender tahunan yang menghiasi dinding-dinding rumah dengan jadwal aktivitas yang cukup padat dan bersaing demi kemajuan setiap sektor aktivitas dinegara maju ini.Itulah yang menjadikan hari minggu sebagai hari istimewa.Moment melepaskan penat dari segala hiruk-pikuk tumpukan tugas-tugas pekerjaan yang menyita waktu,tenaga dan pikiran.Waktu berkumpul bersama keluarga,menetralisir kembali apa yang sudah menghitam dalam otak kita.Bisa juga dengan berekreasi ke tempat-tempat yang menyejukkan indera penglihatan,seperti bersantai ditaman bunga.

     Lima tahun sudah Tuan Li menyandang status single parent,sejak kematian istri tercintanya akibat kanker leher rahim yang sudah lama dideritanya.Kesedihan selalu menjadi tema baru hidup Tuan Li setelah kepergian istrinya,hingga seuntai senyumanpun jarang sekali merekah dibibir tipisnya.Matanya kian hari terlihat teduh,tetapi ketiga buah hatinya mengharuskan nuraninya untuk tetap hidup.Tuan Li bekerja sebagai karyawan tetap disebuah pabrik elektronik daerah Taoyuan County,jadwal kerja yang cukup padat setiap hari kerja kecuali hari minggu dari pukul 07:30 am hingga 17:00 pm,bahkan tidak jarang pula jam tambahan kerja sampai pukul 21:00 pm yang memperjelas raut letih diwajah putihnya.Namun kesibukannya bekerja tidak mengurangi perhatian kepada ketiga anak-anaknya.Awhi anak pertama Tuan Li sudah menginjak usia 14Tahun,usia yang matang untuk sebuah kemandirian,tetapi Awhi yang mengalami Tuna wicara sejak lahir membuatnya hanya banyak menghabiskan waktunya dirumah yang juga menjadi tempat tinggalku merawat kakek berusia 89tahun ini.Awhi sangat gemar menggambar,dinding rumahpun ramai akan goresan tinta pada kertas berbentuk vigura hasil karya Awhi.Ia pernah beberapa kali mengirim karyanya mengikuti lomba melukis yang diselanggarakan oleh beberapa media cetak setempat,tetapi keberuntungan untuk menjadi pemenang belum pernah ia dapatkan,Tuan Lipun menyangkal kepedihan hati Awhi dengan mengikut sertakannya belajar menggambar diGerai fashion milik kakaknya,Cie Asy.

     Jin yi anak kedua Tuan Li berusia 9tahun,ia duduk dibangku kelas 4.Usia yang muda,tidak menyurutkan tanggung jawab Jin yi menjaga kakak dan adiknya ketika berada dirumah.Jin yi sangat senang bermain,diwaktu santainya ia gunakan untuk bermain game di handphone dan komputer miliknya.Ya mei seorang seorang anak 7tahun,berambut pendek,ia suka mengoleksi beraneka macam alat-alat mainan.

     Jarum jam menunjukkan diangka 10 am,sepulangnya dari minimarket,Tuan Li menjumpai Kakek yang sedang menonton televisi bersamaku,ia menanyakan keadaan kakek,sambil sesekali menyuapinya sepotong roti cokelat.Jin yi dan Ya mei berkejar-kejaran diruang tamu mengendarai skuter mini miliknya,keceriaan terlihat jelas diwajah keduanya.Tuan Li mencuri-curi pandang mencari keberadaan Awhi,tetapi mata sipitnya tidak juga menemukan anak sulungnya itu.
"Ika,Awhi ada dimana,apakah dia belum turun kemari?"tanya Tuan Li melirik kearahku yang duduk disamping kakek.

     "saya belum melihat Awhi turun,Tuan"

     Tuan Li beranjak menuju kamar Awhi dilantai 2,ia membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu.Awhi masih dalam balutan selimut tebalnya,matanya sembab,Tuan Li mendekap tubuh berperawakan tinggi besar itu.

     "aku nggak mau belajar menggambar lagi!!!"sebaris tulisan tidak beraturan tertulis pada selembar kertas yang Awhi sodorkan kepada Ayahnya.Tuan Li menatap lembut wajah layu putranya itu,ia tidak pernah berhenti menyemangati Awhi agar tetap belajar menggambar di Gerai fashion Cie Asy.Kekalahannya dalam beberapa lomba menggambar perlahan melunturkan semangat Awhi untuk terus belajar menggambar.

     Sebagai orang tua tentunya ia tidak akan pernah bisa diam melihat putranya terpuruk dan kehilangan semangat untuk meneruskan langkah meraih harapannya.Membesarkan anak tidak hanya sekedar memberinya makan,tetapi juga berusaha membimbingnya agar terus berusaha meraih harapan dan cita-citanya.

     Tuan Li mengajak Aku,kakek,dan ketiga anaknya berkeliling wisata laut diZhuwei fishing,Taoyuan county.Aku dan kakek berkeliling membeli aneka olahan makanan hasil laut dipasar yang terdapat diarea pantai.Jin yi dan Ya mei terlihat begitu senang berlari-lari kecil dipinggiran pantai.Tuan Li sendiri tengah asyik menikmati ikan bakar didepan sebuah rumah makan yang menghadap ke arah laut.Sementara Awhi duduk disebuah bangku dipinggir laut,wajahnya ceria,menghadap ke arah kapal-kapal nelayan yang berjejer ditepi laut,pensil ditangannya perlahan menari-nari diatas kertas putih dipangkuannya.Wajah teduhnya terhempas oleh goresan tinta yang mampu menyegarkan bathinnya,Tuan Li mengembangkan senyumnya,Awhi kembali menikmati sentuhan lembut pensil ditangannya.Kegemaran Awhi menggambar ialah karena ia berkeinginan menjadi seorang designer seperti Cie Asy.Namun terkadang ia merasa minder terhadap kekurangan fisiknya yang tidak mampu berbicara,bahkan ketika belajar diGerai fashionpun ia beberapa kali mendapat cibiran dari para pelanggan dibutik.Awhi melempar kertas dan pensilnya,nafasnya berapi-api,bhatinnya tercabik melihat riuh tawa sekelompok anak-anak yang tengah bermain disampingnya.Tuan Li beranjak menghampiri Awhi,tangannya memungut sebuah pensil dan beberapa lembar kertas yang tercecer diatas tanah berpasir itu.Ia tersenyum menyodorkan kertas dan pensil itu kepada Awhi,tetapi Awhi menampiknya.

     "ini tentang mimpimu,teruskan berjalan meraihnya"ujar Tuan Li menatap lekat wajah lugu yang matanya mulai mengembun.Rasa iri mendengar tawa anak-anak sebayanya mengiris semangatnya,ia tidak bisa bersuara,bahkan hanya sekedar berucappun ia tidak mampu.Tuan Li menggandeng tangan Awhi berjalan kembali keteras sebuah rumah makan.

     "Pah,aku tadi membeli 3buah boneka,sekarang uangku sudah habis,tetapi masih ada barang yang ingin ku beli"ujar Ya mei berlari dari arah pertokoan mainan yang terletak disebelah kanan pasar pusat hasil laut.Ya mei duduk disamping kanan Ayahnya,matanya masih sibuk memperhatikan 3 boneka barunya.Tuan Li menggelengkan kepalanya,sifatnya yang penyayang telah membuat Ya mei bersifat boros.Ya mei merajuk manja meraih tangan ayahnya,tetapi Tuan Li kali ini bersikap keras menentang pinta putrinya untuk membeli barang yang tidak terlalu diperlukan.Ya Mei kesal akan sikap Ayahnya yang kali ini tidak menuruti keinginannya,ia beranjak menghampiriku dan kakek yang tengah duduk santai disebuah bangku didalam rumah makan.Dengan penuh kesabaran kakek memberi pengertian kepada Ya mei kalau kita tidak boleh bersikap boros.

     Hari sudah mulai petang,Jin yi menghampiri kami setelah puas berjalan-jalan mengelilingi pelabuhan.Tangannya menggenggam sebuah diary kecil berwarna merah muda dengan gambar bunga-bunga yang berwarna-warni.Tuan Li menyuruh Jin yi untuk segera menyantap menu mie goreng dengan sup ikan dimeja,lalu ia beranjak ke arah kasir untuk membayar semua pesanan makanannya.

     Sepulangnya dari jam tambahannya di pabrik,Tuan Li terlihat lelah dengan wajah teduh dan tatapan mata yang layu.Sikap Tuan Li yang mandiri,ia tidak pernah menyuruhku untuk membantu keperluannya,ia merebus air panas untuknya mandi,karena air panas dikamar mandi sedang mati.Setelah ia tuangkan air panas itu kedalam sebuah ember yang tidak penuh,tetapi saat ia berjalan menjinjing air diember itu,embernya pecah,airnya tumpah membasahi lantai dapur.Lantai yang licin membuat kaki Tuan Li terpeleset.Aku keluar dari kamar,ku papah Tuan Li berjalan ke kamarnya dilantai dua di bantu oleh Awhi yang langsung menghampiri kami ketika mendengar teriakanku.Ya mei menangis disamping tubuh ayahnya yang terbaring diatas ranjang.Ada bekas luka merah-merah yang tersisa akibat tersiram air mendidih di tangan dan kedua kaki Tuan Li,iapun meminta izin libur kerja kepada kantornya.

     "Pah ini untukmu,kamu bisa menuliskan keinginanmu untuk kami anak-anakmu"ujar Jin yi menyerahkan diary kecil yang ia beli di pelabuhan Zhuwei kemarin.Tangan dan matanya lalu kembali memainkan handphonenya duduk disamping Ya mei diruang tamu sambil menonton televisi.Awhi duduk disamping Ayahnya sambil memberinya irisan apel.Aku mulai membereskan alat pijat kakek,membawanya ke kamar.

Tuan Li tersenyum,tangannya mulai menggoreskan tinta di lembaran berwarna-warni diary itu.
"Papa ingin Awhi terus belajar segala yang baik,seperti menggambar"beberapa kalimat dihalaman pertama Tuan Li tuliskan,dilihatkannya kepada Awhi,Awhi meraih tangan Ayahnya,menggenggamnya erat.

"kita tidak boleh hidup boros,Kalian boleh bermain,tetapi tetap peduli sama saudara,mengobrol itu lebih baik daripada hanya fokus pada permainan game"Jin yi dan Ya mei memeluk tubuh ayahnya setelah membaca lembaran kedua diary merahmuda itu.

     Pagi yang hangat,matahari hari ini bersinar begitu cerah.Setelah kakek sarapan,ia duduk dikursi roda menonton televisi.Aku beranjak menjemur tumpukan baju-baju yang baru selesai ku cuci dimesin cuci belakang rumah.Awhi menepuk pundakku,ia tersenyum menyerahkan selembar kertas bergambar sebuah pelabuhan ikan,dengan beberapa kapal nelayan yang tengah menepi dipinggir pantai,disekelilingnya berjejer beberapa rumah makan nan ramai,persis keadaan Zhuwei fishing kemarin sore.Sebuah gambar yang indah,Aku bahagia melihat semangat Awhi untuk terus berlatih menggambar.

     Kondisi Tuan Li sudah membaik,ia mengambil kunci mobilnya yang tergantung disamping mesin cuci,Ya mei dan Jin yi memakai sepatunya bersiap-siap ke sekolah diantar ayahnya.Hari ini Tuan Li berniat membeli beberapa perlengkapan kamar mandi seperti sabun,shampo dan tissue disupermarket sore nanti sepulangnya dari bekerja.Seperti biasanya sebelum belanja ia selalu menanyakan kebutuhan anggota keluarga apa yang ingin dibeli.Awhi menginginkan beberapa lembar kertas gambar,Aku memesan untuk dibelikan detergen bubuk kepada Tuan Li.Sementara Ya mei saat ditanya kebutuhannya,ia menggoyangkan tangannya kearah depan dengan tegas,"tidak usah Pah,Aku mau hidup hemat"Ya mei tersenyum meraih tangan Ayahnya.

The End

Taoyuan County,09 Februari 2015
Oleh: Solikhah